Selasa, 14 Februari 2012

madura



di atasmu, bongkahan batu yang bisu
tidur merangkum nyala dan tumbuh berbunga doa
biar berguling, di atas duri hati tak kan luka
meski mengeram di dalam nyeri cinta tak kan layu
dan aku
nak sulung yang sekaligus anak bungsumu
kini kembali ke dalam rahimmu, dan tahulah bahwa aku sapi karapan
yang lahir dari senyum dan airmata


seusap debu hinggaplah, setetes embun hinggaplah,
sebasah madu hinggaplah
menangung biru langit moyangku, menanggung karat
emas semesta, menanggung parau sekarat tujuh benua


di sini
perkenankan aku berseru:
madura, engkaulah tangisku,


bila musim labuh hujan tak turun
kubasahi kau dengan denyutku
bila dadamu kerontang
kubajak kau dengan tanduk logamku
di atas bukit garam
kunyalakan otakku
lantaran aku adalah sapi karapan
yang menetas dari senyum dan airmatamu


aku lari mengejar ombak aku terbang memeluk bulan
dan memetik bintang gemintang
di ranting-ranting roh nenekmoyangku


di ubun langit kuucapkan sumpah:
madura, akulah darahmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar